YOU ARE NOT ALONE


https://hmministry.id/id/blog/single/article/you-a

Img

"Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu,
Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur,
yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,
sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali."
Mazmur 103:1-5 TB

Kelenjar pituitari (hipofisis) adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak. Meskipun kecil, kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan sejumlah hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan, sistem regulasi, dan fungsi tubuh lainnya.
Dari semua kasus tumor otak, sebanyak 15% kasus disebabkan oleh adenoma pada kelenjar pituitari. Hal ini telah dirasakan oleh Andryani. Ia telah mengalami tumor otak pituitari stadium 4, namun menyaksikan perbuatan Tuhan yang ajaib atas dirinya.

Berawal di tahun 2016, ketika Andriyani bersama suaminya Wanrinson Sinaga datang untuk berkonsultasi pada salah satu dokter kandungan di Medan, karena mereka mempunyai kerinduan untuk memiliki keturunan yang sudah lama dinantikannya. Pada waktu bersamaan itu ia juga mengeluhkan kepalanya yang sudah terasa sakit dan matanya seperti ditusuk-tusuk sejak 5 tahun terakhir.
Dari keluhan tersebut, dokter pun menganjurkan untuk memeriksa hormon Prolaktin, di laboratorium. Prolaktin merupakan hormon yang diproduksi oleh bagian depan kelenjar hipofisis (pituitary). Hasilnya mengindikaskan level hormonnya berada di atas normal. Hari lepas hari ia merasakan sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi seperti ingin dibenturkan ke tembok rasanya. Bahkan penglihatannya pun mulai terganggu, menjadi kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas. Ia sudah berkonsultasi kepada salah satu dokter mata terbaik di Medan, secara umum hasil pemeriksaannya baik, hanya ada salah satu bagian terlihat gelap; yang seharusnya terang. Jadi dokter menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan MRI.

Dalam keadaan seperti itu ia mulai merasakan putus asa, karena ia sudah tidak mampu lagi membaca Alkitab, bahkan dalam pekerjaannya di salah satu kantor BUMN terbesar di Indonesia, ia harus berusaha bekerja dengan baik karena dengan keterbatasan penglihatannya itu kinerjanya menjadi kurang maksimal.
Namun ia tetap bersyukur, karena di saat mengalami situasi seperti itu, Tuhan memberinya hikmat, apabila ia mendapat email maka ia memfoto email tersebut. Setelah terbaca, ia pun membalas email tersebut. Kemudian ia memfoto kembali untuk memastikan agar tidak ada kesalahan, sehingga dalam keterbatasannya ia tetap dapat mengerjakan tugas-tugasnya.
Untuk tetap membaca Firman Tuhan disaat mengalami penglihatan yang kabur, ia pun di beri hikmat untuk mendengarkan Firman Tuhan melalui Alkitab Audio. Namun karena rasa sakit yang semakin menganggu maka ia bersama suaminya sepakat untuk berkonsultasi kepada dokter syaraf yang ada di salah satu rumah sakit ternama di Cikarang.

Pada saat ia menjalani proses MRI, ia selalu merenungkan kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. Saat memasuki mesin MRI itu ternyata sangat gelap seperti masuk ke dalam sebuah terowongan dan suara mesin terdengar sangat tidak nyaman selama 45 menit. Setelah 20 menit ia keluar lagi untuk di suntik dengan zat kontras, untuk memperjelas kualitas gambar dari bagian-bagian yang terlihat samar, seperti pembuluh darah, struktur atau jaringan lunak tertentu.
Dari hasil MRI tersebut pada otaknya ditemukan tumor yang bernama bigpituitary. Biasanya hanya pituitary, namun dokter menambahkan kata ‘big' karena ukurannya lebih besar dari biasanya (tumor hipofisis) atau yang dikenal dengan sebutan Adenoma Pituitari, yaitu sel abnormal yang membentuk massa pada kelenjar pituituari (hipofisis) di otak.

Namun ia tetap beriman di dalam hatinya dan percaya bahwa ia mempunyai Tuhan yang besar dan berkuasa untuk mendatangkan mujizat atas diagnosa yang sudah disampaikan dokter. Dalam konsultasi itu dokter bertanya kepada mereka: "Ibu dan bapak apakah ada hal lain yang akan direncanakan?" Sebagai seorang istri ia menyampaikan kerinduannya untuk mempunyai keturunan, dan dokter itu pun berkata: "Kalau begitu bapak dan ibu coba fokus untuk berobat, berusaha dan berdoa, sepanjang ibu masih bisa menahan rasa sakit itu, tetap jalanin saja."
Atas saran dokter tersebut, rasa sakit itu terus diabaikan demi untuk mendapatkan keturunan. Sampai suatu saat di bulan November 2016 ketika sedang melakukan tugasnya di kantor dan hendak menuruni anak tangga, ia berpikir sudah sampai ke anak tangga yang terakhir namun ternyata penglihatannya yang kabur membuat ia terjatuh dan jari kakinya patah.
Akibatnya ia harus beristirahat di rumah selama 2 bulan lamanya. Seperti kebiasaannya, setiap kali mengadakan mezbah doa bersama suaminya, apabila sedang mengingat kebaikan Tuhan, air matanya tidak dapat terbendung lagi dan deras mengalir; yang membuatnya semakin merasa tersiksa, karena rasa sakit yang begitu sangat, sampai-sampai ia takut untuk menangis lagi bila sedang berdoa.
Dalam keadaan seperti itu ia membangun dirinya dan berkata: "You are not alone." Ada Tuhan yang mengasihi saya. Puji Tuhan, dalam beberapa minggu akhinya ia kembali dapat berjalan setelah patah tulang. Namun keadaan sakit kepala dan matanya hari ke hari semakin menjadi. Akhirnya ia dengan suami kembali memeriksa kondisinya di salah satu rumah sakit di Cikarang dan dokter meminta kembali untuk melakukan MRI. Saat masuk di dalam mesin itu, ia mulai membayangkan tetesan darah Yesus dan bilur-bilur Tuhan Yesus yang menyembuhkannya.

Saat MRI selesai, dokter berkata harus melakukan operasi yang saat itu pada tahun 2017 dengan metode membuka tempurung kepalanya untuk mengambil kelenjar yang sudah dinyatakan sebesar bola ping pong. Pernyataan dokter itu membuatnya menjadi takut, namun hatinya tetap bersyukur dan memuji Tuhan. Ia berkata bagi Tuhan tiada mustahil, ia percayakan hidupnya pada Tuhan.
Setelah vonis dokter untuk melakukan operasi dan karena awamnya mereka dalam hal medis, berdasarkan arahan dari dokter kandungan yang pertama mereka kunjungi, mereka di arahkan untuk mendapatkan "second opinion" dengan mencari dokter lain di rumah sakit di Singapura.

Pada bulan April tahun 2017 dari hasil pemeriksaan dokter di Singapura menggunakan metode yang dilakukan dengan mengambil kelenjar melalui hidung tanpa harus melakukan bedah di kepalanya. Sungguh kabar yang baik; tetapi karena pertimbangan biaya yang begitu tinggi ada beberapa alternatif dokter dengan metode yang sama, mereka akhirnya memutuskan untuk berobat ke rumah sakit di Kuala Lumpur karena biayanya yang jauh lebih murah.
Akhirnya mereka pun sepakat untuk kembali dulu ke Medan dan saat di Changi Airport Singapura, tiba-tiba ada dua orang India yang mau bergabung duduk bersama dengan mereka, dan dalam pembicaraan mereka diketahui bahwa salah satu istri mereka bekerja di rumah sakit yang akan mereka kunjungi. Lalu bapak itu menghubungi istrinya lewat WA call dan istrinya langsung membuatkan janji untuk mereka bertemu dengan dokter.

Setelah kembali dari Singapura, mereka menceritakan hasil konsultasi dari kedua dokter di Singapura kepada dokter kandungannya di Medan. Keesokan harinya sebelum pergi ke Kuala Lumpur, sepulang ibadah Minggu, ia sempat didoakan dan diurapi oleh Gembala Ps. Bambang Jonan, dengan menumpang tangan dan berkata: "Terimalah berkat kehidupan".
Andyani memang sejak remaja dididik takut akan Tuhan dan sampai sekarang masih aktif dalam melayani Tuhan sebagai pendoa syafaat di GBI Medan Plaza, Rayon 4 (di bawah pembinaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo). Setibanya di rumah sakit Kuala Lumpur, mereka bertemu dengan seorang pasien yang memberikan konfirmasi mengenai dokter yang sama seperti yang direkomendasikan oleh salah satu istri orang India yang mereka temui di Changi Airport, dan bukan dokter yang pada awalnya mereka ingin temui.

Puji Tuhan, dokter tersebut juga ternyata sedang menunggu kedatangan mereka di ruang tunggu pasien, di situlah ia sungguh merasakan kasih Tuhan yang luar biasa. Bila kita selalu melibatkan Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal pasti Tuhan akan memberikan petunjuk-petunjuk-Nya. Saat itu dokter mengajak mereka ke sebuah ruangan dan menjelaskan hasil foto MRI nya. Dokter mengatakan bahwa ia harus segera dioperasi.
Inilah campur tangan Tuhan, sampai ia boleh bertemu dengan orang yang berbeda namun menyarankan ke dokter yang sama. Luar biasanya dokter itu adalah direktur di rumah sakit tersebut.

Sepulang dari Kuala Lumpur kembali mereka mendiskusikan apa yang mereka dapatkan dengan dokter kandungannya di Medan. Akhirnya ia dan suami sepakat untuk memilih operasi dengan dokter di Kuala Lumpur tersebut dengan metode yang sama seperti yang dikatakan oleh dokter di Singapura.
Operasi berlangsung selama 6 jam. Sementara operasi berlangsung, suami terus memuji dan menyembah Tuhan. Satu minggu setelah operasi ia di minta datang kembali untuk memeriksakan diri, tetapi saat itu kondisinya sebenarnya tidak memungkinkan untuk pergi, ia muntah dan minta untuk menunda jadwal pemeriksaannya. Karena jadwal yang tidak bisa ditunda akhirnya ia memaksakan diri datang ke rumah sakit. Tapi sesampainya di depan lift rumah sakit ia terjatuh dan dalam keadaan koma selama 24 jam.

Puji Tuhan kalau saya hidup sampai hari ini, itu semua karena anugerah Tuhan. Setelah siuman dari koma, dokter menyarankan untuk tetap dirawat dan tinggal di Kuala Lumpur selama satu bulan, dan dilarang untuk melakukan penerbangan sebelum itu. Sebelum kembali ke Medan ia kembali melakukan MRI dan tetap melakukan kontrol kembali di bulan Febuari 2018 dan hasilnya dokter menyarankan untuk melakukan radio therapi dengan topeng sebanyak 14 sampai 15 kali yang dilakukan setiap hari selama 30 menit karena ditemukan kelenjar masih ada.

Secara manusia ada rasa putus ada, namun ia tetap memegang Firman Tuhan, bahwa bilur-bilur Tuhan Yesus sudah menyembuhkan. Dokter mengatakan kepadanya, "Kamu bisa pikir-pikir dahulu, kamu bisa kembali lagi 3 bulan." Dan akhirnya mereka berserah kepada Tuhan dan tepatnya tiga bulan kemudian di bulan Mei 2018 setelah melakukan MRI dan membaca hasil yang ada, dokter terheran-heran dan bertanya: "Kamu minum obat apa, dan pergi ke dokter mana?" Ia katakan bahwa ia tidak minum obat atau pergi ke dokter manapun, ia hanya berdoa dan berdoa.
Dokter berkata: "Kamu tidak perlu lagi melakukan radio theraphy", ia langsung bersorak: "This is a miracle, doctor. Thanks God!" Saat itu ia dan suaminya sangat bersyukur, karena Tuhan tidak pernah meninggalkannya, Tuhan Yesus sungguh penolong yang sejati. Amin.